Belajar Pendidikan Karakter Dari Cina


Oleh:
Rais Hidayat, MPd.*

Abstrak
Alasan utama penerapan pendidikan karakter karena Indonesia membutuhkan manusia yang dapat hidup dalam masyarakat dan sekaligus mampu mengembangkan masyarakat itu sendiri. Dalam aplikasi pendidikan karakter, Indonesia sebaiknya dapat belajar dari Cina yang sudah terbukti berhasil menerapkannya. Salah satu kelebihan pendidikan karakter di Cina yaitu pendidikan karakter yang dilakukan secara integral dalam pendidikan  moral (morally), intelektual (intelectually), fisik (physically),dan estetika (aesthetically).
  
Pengantar
Pendidikan berperan strategis dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang maju. Karena melalui pendidikan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa suatu bangsa yang maju pasti memiliki suatu sistem pendidikan yang baik, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Singapura, Finlandia, dll.
Kemajuan pendidikan suatu bangsa salah satunya terjadi karena pemerintahnya memiliki komitmen yang tinggi terhadap pendidikan. Pengalaman negara yang baru saja memasuki dalam kelompok negaran maju, seperti Malaysia dan Cina menunjukan hal itu. Kemajuan kedua negara ini karena mereka memiliki komitmen yang kuat dan kepedulian yang tinggi akan dunia pendidikan.
Cina sudah berhasil membuat prestasi yang sangat mengagumkan, yaitu merubah kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, yang tadinya hanya sebagai negara berkembang, yang hanya mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakatnya, kemudian berubah dan masuk ke tahap awal menjadi masyarakat yang makmur. Perubahan yang dialami Cina merupakan perubahan yang sangat berarti.
Semua keberhasilan Cina tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh para pemimpin Cina dalam melakukan reformasi, terutama pendidikan. Keyakinan mereka membangun Cina melalui sektor pendidikan terlihat dari upaya ekspansi yang berkelanjutan yang dilakukan sejak tahun 1980 sampai awal tahun 1990. Selama periode ini, pendidikan Cina terus mengalami kemajuan secara cepat, dan banyak inovasi. Kemajuan pendidikan Cina tidak lepas dari upaya secara serius dalam mengembangkan Pendidikan Karakter.
Berdasarkan paparan diatas, tulisan ini akan memaparkan pendidikan Cina dan bagaimana Indonesia bisa belajar dari Cina, khsususnya dalam pengimplementasian pendidikan karakter.
  
Hakikat  Karakter

            Wyne dalam Mulyasa[1]mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark’ (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia.
Muchlas Samani dan Hariyanto menjelaskan karakter  dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.[2]Dari pendapat ini jelaslah bahwa karakter terbentuk karena bawaan maupun karena lingkungan.
Suyanto dalam Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter yaitu cara berpikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga, masyarakat, dan Negara.[3]Dari pendapat ini jelaslah bahwa karakter berkaitan dengan cara berpikir dan berperilaku individu.
Helen G. Douglas dalam Muchlas Samani menjelaskan bahwa character is not inhereted. One builds its daily by the way one thinks an act, thought by thought, action by action[4]. (Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari, melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, dan tindakan demi tindakan.
Hermawan Kertajaya[5], mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut mengakar padakepribadian benda atau individu tersebut. Ciri khas inipun diingat oleh orang laintentang orang tersebut, dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadapindividu tersebut. Karakter memungkinkan individu untuk mencapai pertumbuhanyang berkesinambungan karena karakter memberikan konsistensi, integritas, danenergi. Orang yangmemiliki karakter kuat, akan memiliki momentum mencapai tujuan.Sebaliknya orang yang memiliki karakter lemah dan mudah goyah, maka mereka akan lebih lambat untuk bergerak dan tidak bisa menarik orang lain untukbekerjasama dengannya.
Doni Koesoema A. mengemukakan bahwa karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakterjuga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki individu sejak lahir. Di sini, karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau sifatkhas pada seseorang yang bersumber dari bentukan
-bentukan yang diterima darilingkungan[6].
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas mental individuyang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak,serta membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakatserta digunakan sebagai kekuatan moral dalam kehidupannya.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah upaya membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Pendidikan karakter merupakan penyatuan antara niat, kata-kata dan perilaku dalam kesatuan.  Dewantara dalam Mulyasa mengemukakan beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam pendidikan karakter, yakni ngerti-ngroso-nglakoni (menyadari,menginsyafi, dan melakukan). Hal tersebut senada dengan ungkapan orang Sunda di Jawa Barat, bahwa pendidikan karakter harus merujuk pada adanya keselarasan antara tekad-ucap-lampah (niat, kata-kata dan perbuatan).[7]Berdasarkan penjelasan di atas, pendidikan karakter sangat berkaitan dengan pembiasaan agar siswa memiliki konsistensi antara niat, ucapan dan perbuatan atau satu kata antara hati dan perbuatan.
Di Indonesia, sebagai hasil sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 14 Januari 2010  telah dicapai Kesepakatan Nasional Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa yang secara singkat dijelaskan bahwa pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan nasional secara utuh, pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orang tua, dan sebagai merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.
Sejak sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa tersebut, gaung pendidikan karakter di sekolah-sekolah terus meningkat. Namun demikian, gaung yang terus meningkat tersebut belum nampak akan memberikan dampak yang luas pada kehidupan masyarakat, hal ini terjadi karena pendidikan karakter baru sebatas niat dan belum ada langkah kongrit. Agar uapaya pendidikan karakter berhasil, ada baiknya kita lihat dari Negara Republik Rakyat Cina yang sudah berhasil menjadikan pendidikan sebagai alat untuk membentuk karakter bangsa Cina yang siap menghadapi tantangan global. 

Pendidikan Karakter di Cina

Pembahasan pendidikan karakter di Cina banyak di uraikan dalam buku Education For 1.3 Billion. Buku ini dikemas dalam 8 bab, 483 halaman, merupakan hasil wawancara Li Lanqing, Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Cina (RRC) periode 1993-2003 yang merupakan tokoh penting dalam reformasi pendidikan di Cina.
Dalam bukun EducationEducation For 1.3 Billion bab 6  menguraikan  tentang pendidikan karakter dan mutu pendidikan. Dalam buku tersebut diuraikan pendidikan karakter murupakan reformasi pendidikan yang paling signifikan sejak tahun 1990 yang meliputi isi dan metodologi pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
Pendidikan karakter di Cina dimulai dengan merumuskan filsafat pendidikan karakter yang  meliputi pembahasan mengenai: hakikat dari pendidikan karakter yaitu “to transform a huge population from being a burden to being superior human resources”, alasan mengapa pendidikan karakter dibutuhkan yaitu untuk membangun budaya dan etika sosialis, politik yang berkeadaban, dan membangun masyarakat yang sejahtera, tujuan akhir dari pendidikan karakter yaitu membentuk pelajar yang memiliki semangat berinovasi, memiliki keterampilan praktis, memiliki keunggulan moral, intelektual, fisik, seni dan disiplin, mengatasi pandangan yang berorientasi bahwa hasil ujian dalam pendidikan adalah segala-galanya sedangkan pendidikan karakter menekankan bahwa pendidikan adalah pengembangan potensi terbaik yang ada dalam diri siswa, pendidikan karakter menekankan pada pengembangan seluruh kemampuan otak manusia yaitu kecerdasan berbahasa, matematika, spatial (ruang), kinistetik, musik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan mengenal alam, mengejar pencapaian pendidikan karakter akan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
Implementasi pendidikan karakter di Cina diperkuat dengan peningkatan pendidikan moral di sekolah yang dilakukan melalui: merumuskan tujuan dan syarat dasar untuk pendidikan moral di sekolah sesuai dengan keadaan jaman yaitu keunggulan moral, terdidik, disiplin tinggi. Mengimplementasikan Marxism-Leninism, Mao Zedong Thought, dan Deng Xiaoping Theory dalam pendidikan.
Dalam memperkuat pendidikan karakter, Cina senantiasa menerapkan tradisi dan nilai-nilai Cina dalam pendidikan seperti kejujuran dan dapat dipercaya, toleransi, spirit kesetiaan pada satu pekerjaan, patriotik, heroik, kesetiaan pada keluarga, rajin, pekerja keras, dan disiplin. Melakukan penyerapan budaya terbaik dari bangsa lain karena memiliki 2 (dua) keuntungan yaitu dapat meningkatkan budaya sendiri dan meningkatkan persahabatan dengan bangsa lain. Melakukan upaya pendidikan moral melalui penjagaan moral seperti sekarang, merencanakan target moral di masa depan dan meningkatkan efektivitas waktu. Melakukan kegiatan pendidikan moral secara intensif secara nasional. Membentuk team spirit dan kegiatan bersama diantara para pendidik karena tidak ada orang yang sukses hanya karena upaya dirinya sendiri seperti Bill Gate dan Edison.
Pendidikan karakter dan mutu pendidikan dilakukan juga dengan reformasi kurikulum, buku teks, sistem tes dan sistem evaluasi. Reformasi kurikulum dilakukan dengan cara antara lain: memperbaiki kompetensi profesional guru yaitu guru harus memperbaiki cara mengajar dengan mambawa para siswa ke dunia nyata (real situation), mengajarkan murid untuk mengerti kehidupan sosial dan memahami pentingnya kerja keras.  Guru SD dan SMP diharuskan mengurangi beban belajar siswa yaitu beban belajar yang ringan tetapi tepat lebih berguna daripada beban belajar yang banyak. Melakukan revisi buku teks untuk mengurangi tumpang tindih dan kesulitan, salah referensi, dan kesalahan konten. Melakukan reformasi kurikulum dengan tepat waktu, jangan ditunda-tunda.
Dalam pendidikan karakter, Cina melakukan reformasi cara mengajar bahasa asing dengan memperhatikan 6 (enam) hal yaitu: mengajar dengan menarik, rajin, terus berlatih, semangat, sabar, dan percaya diri. Tidak mewajibkan siswa untuk dapat menulis kaligrafi huruf Cina. Mengajarkan  cara penulisan kaligrafi huruf cina yang  sederhana tetapi harus mempelajari bentuk aslinya. Mempercepat dan mewajibkan menggunakan bahasa Putonghua (bahasa ibu di cina) dan mempromosikan bahasa ini dimulai dari pendidikan dasar hingga ke tingkat selanjutnya.
Cina melakukan reformasi sistem tes dan sistem evaluasi karena sistem ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan karakter di sekolah dengan cara: menghapuskan sistem nilai (skala 1-100), evaluasi siswa harus dilakukan secara berkelanjutan setiap hari melalui penilaian kinerja dan hasil tes, tingkatan penilaian harus ditambahkan dengan komentar-komentar berupa pujian, kritik yang membangun, dengan cara penyampaian yang baik, semua aturan penilaian dicantumkan didalam kurikulum dan tidak ada aturan yang tidak sesuai dari yang sudah ditentukan, memberikan kesempatan untuk melakukan tes ulang jika ada mahasiswa yang tidak lulus tes masuk PT dalam kesempatan pertama, sistem tes yang dilaksanakan harus bervariasi tidak hanya tes tertulis tetapi dapat berupa berbagai bentuk tes.
Pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan cara membuat mental dan fisik siswa yang lebih baik. Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat konsep bahwa kesehatan adalah yang paling utama  dalam hidup. Hal ini dapat diimplimentasikan dengan cara menyelenggarakan pendidikan olahraga yang dimulai dari Preschool sampai ke pendidikan tinggi, mengkondisikan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman salatunya dengan menerapkan konsep sekolah alarm. Hal lain yang dilakukan guna mendukung kesehatan fisik dan mental yaitu dengan kebijakan jangan pernah mengabaikan keamanan dan kesehatan sekolah sedikitpun.
Pendidikan karakter juga diperkuat dengan penguatan pendidikan aesthetik dan seni melalui cara sebagai berikut: memperkuat konsep pentingnya aesthetik dan seni dalam pendidikan yaitu pendidikan aesthetik dapat mengembangkan spirit kemanusiaan dan mendorong kesehatan mental. Menghubungkan seni dan ilmu pengetahuan karena terbukti karyawan HSBC yang memiliki nilai seni mampu menjadi ahli keuangan yang hebat-hebat. Memperkuat kursus-kursus musik, seni lukis dan kaligrafi di sekolah dasar dan SMP. Mendorong generasi muda untuk berkarya dalam seni suara. Tidak membatasi pertunjukan musik yang hanya disebabkan musik tersebut memiliki pengikut yang terbatas. Mengembangkan pendidikan musik Cina dan meningkatkanya ke level nasional. Menjadikan filem Madame Curie dan A Song to Remember sebagai filem dan orkestra yang direkomendasikan untuk para mahasiswa. Mendekatkan mahasiswa dengan  berbagai orkestra dengan prinsip “the more one learns the more one sees the need to learn”. 
Pendidikan karakter juga dilakukan dengan menciptakan masyarakat sebagai lingkungan terbaik dalam pendidikan karakter melalui: menjalankan prinsip bahwa karakter pendidikan tidak dapat efektif tanpa guru dan kepala sekolah yang baik, mengadopsi berbagai variasi ukuran untuk membentuk tim guru yang berkualitas, menerapkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang positive dan menyehatkan untuk SD dan SMP. Menyiapkan lingkungan masyarakat yang positive dalam menciptakan pendidikan karakter.

Perbandingan Pendidikan Karakter

Tabel dibawah ini akan membandingkan konsep dan pelaksanaan pendidikan karakter di Cina dan Indonesia.

No
Cina
Indonesia
1
Cina menjadikan pendidikan karakter sebagai pendidikan yang paling utama. Hakikat pendidikan karakternya yaitu: “to transform a huge population from being a burden to being superior human resources
Indonesia berupaya melakukan hal yang sama, namun hakikat pendidikan karakter di Indonesia belum belum menjadi kesepakatan bersama. Karakter seperti apa? Jika ada rumusannya, atas dasar apa rumusan itu ada?
2
Pendidikan karakter di Cina ditekankan pada pengembangan seluruh kecerdasan yaitu: berbahasa, matematika, spatial (ruang), kinistetik, musik, interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan mengenal alam.
Indonesia kurang mengembangkan semua potensi anak didik. Ini terlihat dari sarana dan guru yang tidak dipersiapkan untuk mengembangkan semua kecerdasan anak. Termasuk masih diberlakukanya Ujian Nasional.
3
Cina memperkuat pendidikan karakter dengan peningkatan pendidikan moral yang berasal dari Marxism-Leninism, Mao Zedong Thought, danDeng Xiaoping Theory
Pendidikan moral Indonesia hanya cukup Pancasila? Mengapa tidak memperkuatnya dengan pendidikan moral dari Gajah Mada, Hasyim Asyari, Hamka, Soekarno, Hatta, Gus Dur, dan pemikir besar Indonesia lainya.
4
Cina menerapkan tradisi dan nilai-nilai Cina dalam pendidikan seperti kejujuran, dapat dipercaya, toleransi, spirit kesetiaan pada satu pekerjaan, patriotik, heroik, kesetiaan pada keluarga, rajin, pekerja keras, dan disiplin.
Apakah yang menjadi tradisi dan nilai-nilai Indonesia? Apakah nilai-nilai Indonesia sudah ada? Jika ada, seperti apakah Indonesia? Apakah Indonesia apa adanya atau Indonesia yang dicita-citakan?
5
Melakukan penyerapan budaya terbaik dari bangsa lain karena memiliki 2 (dua) keuntungan yaitu dapat meningkatkan budaya sendiri dan meningkatkan persahabatan dengan bangsa lain.
Apakah Indonesia mampu menyaring atau langsung menyerap budaya apapun walau tidak baik? Misalnya misalnya membenci bangsa Yahudi.
6
Membentuk team spirit dan kegiatan bersama diantara para pendidik karena tidak ada orang yang sukses hanya karena upaya dirinya sendiri seperti Bill Gate dan Edison.
Indonesia melakukan pekan olah raga dan seni, dll, namun demikian yang dimunculkan semangat menangnya bukan kebersamaannya.  Ada pertandingan yang berakhir dengan permusuhan.
7
Reformasi kurikulum dilakukan dengan cara antara lain: guru harus memperbaiki cara mengajar dengan mambawa para siswa ke dunia nyata (real situation), mengerti kehidupan sosial dan memahami pentingnya kerja keras. Beban belajar siswa harus ringan tetapi tepat guna. Revisi buku teks untuk mengurangi tumpang tindih dan kesulitan, salah referensi, dan kesalahan konten. Reformasi kurikulum dilakukan tepat waktu.
Indonesia melakukan reformasi kurikulum, namun dasar filosofis dan relevansinya kurang jelas serta tidak diikuti oleh perubahan profesionalisme guru dan buku teks. Menurut Prof.Soedijarto, sejak tahun 1975, Indonesia tidak melakukan sungguh-sungguh untuk melakukan national assesment dalam perubahan kurikulum.
8
Cina mengajarkan bahasa asing dengan memperhatikan 6 (enam) hal yaitu: mengajar dengan menarik, rajin, terus berlatih, semangat, sabar, dan percaya diri.
Guru bahasa asing Indonesia tidak jauh beda dengan guru lainya. Metode mengajarnya bukan “enjoyful learning
9
Tidak mewajibkan siswa untuk dapat menulis kaligrafi huruf Cina, namun mewajibkan Putonghua (bahasa ibu di Cina) dan mempromosikan bahasa ini dimulai dari pendidikan dasar hingga ke tingkat selanjutnya.
Bagaimana dengan menulis halus di SD Indonesia? Sudah tepatkah cara itu? Memperhatikan saraf motorik halus anak SD belum sempurna, maka menulis halus perlu ditinjau lagi.
10
Menghapuskan sistem nilai (skala 1-100), evaluasi siswa dilakukan setiap hari, menambahkan dengan komentar-komentar berupa pujian, kritik yang membangun, semua aturan penilaian dicantumkan didalam kurikulum, sistem tes yang dilaksanakan bervariasi tidak hanya tes tertulis tetapi dapat berupa berbagai bentuk tes.
Guru-guru Indonesia hanya melihat UTS dan UAS, kadang jawaban siswapun tidak dibaca oleh guru. Guru di Indonesia tidak melakukan penilaian secara berkelanjutan. Sistem tes ini sangat berpengaruh pada karakter siswa.
11
Menyelenggarakan pendidikan olahraga dari Preschool sampai ke pendidikan tinggi, mengkondisikan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman dengan menerapkan konsep sekolah alam.
Indonesia juga menerapkan yang sama, namun filosofinya kurang kuat. Cina melakukanya dari konsep bahwa kesehatan adalah nomor satu. Lingkungan sekolah di Indonesia dikelilingi oleh jajanan tidak sehat.
12
Menerapkan pendidikan aesthetik dan seni karena dapat mengembangkan spirit kemanusiaan dan mendorong kesehatan mental.
Indonesia kurang menerapkan pendidikan ini, sehingga karakter anak tidak terbentuk dengan baik. Tidak banyak sekolah yang mengembangkan kesenian, mungkin hanya rebana yang disosialisasikan.
13
Menjalankan prinsip bahwa karakter pendidikan tidak dapat efektif tanpa guru dan kepala sekolah yang baik
Pendidikan karakter di Indonesia tidak diikuti dengan pembinaan guru dan kepala sekolah yang baik sehingga siswa kehilangan teladan nyata.
14
Menyiapkan lingkungan masyarakat yang positive dalam menciptakan pendidikan karakter.
Pemerintah Indonesia membiarkan kelompok-kelompok dalam masyarakat saling membenci dan terjadinya kekerasan. Membiarkan kelompok-kelompok garis keras mengendalikan kehidupan masyarakat menyebabkan pendidikan karakter di Indonesia tidak terbangun dengan cepat.

Secara singkat pengembangan pendidikan karakter di Cina   menekankan pada pengembangan aspek-aspek individu yang dirangkum dalam slogan: “Morally, Intelectually, Physically, Aesthetically”. Sumber konsep pendidikan karakter ini sendiri didasarkan pada pernyataan Deng Xiaoping bahwa secara keseluruhan reformasi sistem pendidikan mendesak dilakukan untuk membawa pikiran bahwa reformasi adalah untuk tujuan yang mendasar memutar setiap warga negara ke dalam manusia yang berkarakter dan membina anggota masyarakat yang lebih konstruktif. Di samping itu juga didasarkan pada pendapat Jiang Zemin bahwakita harus menempatkan pendidikan dalam posisi yang strategis dan memberi prioritas untuk pengembangannya, bekerja keras untuk menaikan ideologi, moral, ilmu pengetahuan, dan budaya nasional secara keseluruhan.

Simpulan

1.     Para pemimpin Cina sangat percaya bahwa pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Cina akan mengantarkan bangsa Cina ke arah kesejahteraan. Kini keyakinan itu terbukti: ekonomi, politik dan militer Cina tumbuh signifikan.
2.     Visi, misi dan implementasi reformasi pendidikan di Cina cukup jelas dan semua sumber daya di Cina dikerahkan untuk membangun pendidikan. Indonesia walau memiliki visi, misi dan implementasi kebijakan pendidikan namun tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakannya.
3.     Keberhasilan pendidikan Cina selain dibangun oleh guru-guru yang berkualitas juga karena mendahulukan pendidikan karakter yang didukung dengan perbaikan moral, intellektual, kesehatan jasmani, dan seni budaya atau dalam semboyan singkat: Morally, Intelectually, Physically, Aesthetically.
4.     Indonesia melalui kurikulum 2013 ingin meningkatkan pendidikan karakter, namun menjadi pertanyaan ketika nasib guru belum baik, apakah pendidikan karakter itu akan efektif.


Referensi

Hermawan Kertajaya, Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Li Lanqing. 2005. Education For 1.3 Billion. Beijing: Foreign Language Teaching and Research Press.
Megawangi, Ratna. Mendidik 1.3 Milyar Manusia. Suara Pembaruan Daily 2007.
——–, Meningkat, Lanjutkan Pendidikan ke Cina. Pikiran Rakyat, Kamis, 26 April 2007
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Rosdakarya, 2001.
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumiaksara, 2011.
Anita Lie. Pendidikan dan Kemiskinan.Kompas, 09/07/07.
Khaerudin,Li-Lanqing-Reformer-Pendidikan-Cina.phphttp://www.ilmupendidikan.net/2008/04/14/



*Penulis adalah dosen Universitas Pakuan Bogor dan sedang menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Negeri Jakarta.



[1]Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumiaksara, 2011, p. 3.
[2]Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Rosdakarya, 2001, p.41.
[3]Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, p. 70
[4]Muchlas Samani, p.41
[5]Hermawan Kertajaya, Grow with Character: The Model Marketing. Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2010, p. 3
[6]Doni Koesoema A.,Pendidikan Karakter................., hlm. 79-80. Lihat pula Sjarkawi,Pembentukan kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai wujud Integritas membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.p. 11
[7]Mulyasa, ibid. p.1

.


Tag:

Bagikan Ini

Baca Juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar