Dalam kehidupan lembaga pendidikan, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam lembaga yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku tiap-tiap individu di dalam lembaga yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi lembaga. Hal ini tergantung dari hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berperilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola dan menindaklanjuti motivasi tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat positif dan negative.
Teori X mengasumsikan bahwa individu bersifat negative, sedangkan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah kebanyakan orang bersifat mandiri dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara yang tepat.
Pemimpin dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh pendidik/tenaga kependidikan. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran.
Menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya menganggap bahwa:
Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur, mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun. Pengelolaan pendidikan tersebut meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
2. PengorganisasianOganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin, yang berwenang untuk mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara atasan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan, dan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.
5. Pengembangan
Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai target yang telah ditetapkan dan bisa jadi melebihi target yang akan diperoleh.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku tiap-tiap individu di dalam lembaga yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi lembaga. Hal ini tergantung dari hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berperilaku dan juga bagaimana individu tersebut mengelola dan menindaklanjuti motivasi tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat positif dan negative.
Pemimpin dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh pendidik/tenaga kependidikan. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran.
KONSEP DASAR DAN DEFINISI
Di dalam dunia lembaga pendidikan, banyak perilaku individu yang bersifat positif dan negative, hal tersebut tentunya juga berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda.1. Teori X
2. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai visi, misi dan tujuan pendidikan. Pendidik/tenaga kependidikan memiliki kemampuan, kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pendidik/tenaga kependidikan juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.Menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya menganggap bahwa:
- Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain, dapat memberikan kepuasan kepada orang lain. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
- Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
- Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh pendidik/tenaga kependidikan.
- Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
- Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
DEFINISI PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen yang sama artinya dengan administrasi ( Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan. Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dimana keempat proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur, mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib belajar 9 tahun. Pengelolaan pendidikan tersebut meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
2. PengorganisasianOganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin, yang berwenang untuk mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara atasan dan bawahan, memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan.
3. Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4. Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan, dan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.
5. Pengembangan
Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai target yang telah ditetapkan dan bisa jadi melebihi target yang akan diperoleh.
Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Lain halnya dengan pendidik yang memiliki perilaku seperti teori Y. Mereka lebih dominan pada rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya, dapat dipercaya, memiliki kemampuan, kreativitas, imajinasi, dan kepandaian. Mereka tidak perlu terlalu diawasi secara ketat layaknya teori X, karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai visi, misi, dan stujuan pendidikan.
Berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi, dapat dipercaya, rajin, dan memhami hakikatnya sebagai seorang siswa, mereka tidak perlu diawasi dan sebagainya seperti halnya siswa yang dominan pada teori X, siswa yang dominan pada teori Y cukup diberi motivasi secara tepat agar mau belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kesimpulan
Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda-beda berdasarkan teori X dan Y. Teori X yaitu dimana seseorang berperilaku cenderung tidak memiliki motivasi, menunggu untuk diperintah atasan, tidak memiliki inisiatif, dan sebagainya. Sedangkan teori Y yaitu kebalikan dari teori X, dimana seseorang bermotivasi dan berinsiatif tinggi, mudah berkembang, dan sebagainya.
Antara teori X dan Y ini sebenarnya bukan berarti yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Namun teori ini lebih untuk mengarahkan kepada bagaimana tindakan seseorang pemimpin untuk memimpin atau menghadapi pendidik/tenaga kependidikan yang memiliki berbagai perbedaan karakter/perilaku. Bagi pendidik/tenaga kependidikan yang diasumsikan berperilaku teori X, maka gaya kepemimpinan yang tepat yaitu dengan gaya otoriter. Sedangkan bagi pendidik/tenaga kependidikan yang berperilaku teori Y, maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya demokratis.
Berdasarkan penjelasan teori X dan Y ini dapat diketahui bahwa seorang pemimpin terkadang harus egois dan terkadang pula harus demokratis, tergantung perilaku pendidik/tenaga kependidikan yang dipimpin. Dengan teori ini para pemimpin dapat memberikan sikap yang tepat, sehingga pendidik/tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://anatomiestreetsoldier.wordpress.com/2010/06/26/pengelolaan-pendidikan/ http://debardebur.blogspot.com/2011/05/pengertian-teori-x-dan-y-dari-sisi.html http://ibnunsr.wordpress.com/2012/06/05/teori-x-dan-teori-y/http://megasuryonop.blogspot.com/2012/04/teori-motivasi-oleh-douglas-mc-gregor.htmlwww.idosi.org/aejsr/3(1)08/18.pdf
https://afidburhanuddin.wordpress.com
ymayowan.lecture.ub.ac.id/…/Motivasi-dan-Pengelolaan-Individu-dan-K.
Di download pada 20 Januari 2014 Pkl. 20.00 WIB
.
PENERAPAN TEORI X DAN Y DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN
1. Kepala Sekolah terhadap Pendidik
Lain halnya dengan pendidik yang memiliki perilaku seperti teori Y. Mereka lebih dominan pada rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya, dapat dipercaya, memiliki kemampuan, kreativitas, imajinasi, dan kepandaian. Mereka tidak perlu terlalu diawasi secara ketat layaknya teori X, karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai visi, misi, dan stujuan pendidikan.
2. Pendidik terhadap Siswa
Berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi, dapat dipercaya, rajin, dan memhami hakikatnya sebagai seorang siswa, mereka tidak perlu diawasi dan sebagainya seperti halnya siswa yang dominan pada teori X, siswa yang dominan pada teori Y cukup diberi motivasi secara tepat agar mau belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kesimpulan
Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda-beda berdasarkan teori X dan Y. Teori X yaitu dimana seseorang berperilaku cenderung tidak memiliki motivasi, menunggu untuk diperintah atasan, tidak memiliki inisiatif, dan sebagainya. Sedangkan teori Y yaitu kebalikan dari teori X, dimana seseorang bermotivasi dan berinsiatif tinggi, mudah berkembang, dan sebagainya.
Antara teori X dan Y ini sebenarnya bukan berarti yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Namun teori ini lebih untuk mengarahkan kepada bagaimana tindakan seseorang pemimpin untuk memimpin atau menghadapi pendidik/tenaga kependidikan yang memiliki berbagai perbedaan karakter/perilaku. Bagi pendidik/tenaga kependidikan yang diasumsikan berperilaku teori X, maka gaya kepemimpinan yang tepat yaitu dengan gaya otoriter. Sedangkan bagi pendidik/tenaga kependidikan yang berperilaku teori Y, maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya demokratis.
Berdasarkan penjelasan teori X dan Y ini dapat diketahui bahwa seorang pemimpin terkadang harus egois dan terkadang pula harus demokratis, tergantung perilaku pendidik/tenaga kependidikan yang dipimpin. Dengan teori ini para pemimpin dapat memberikan sikap yang tepat, sehingga pendidik/tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://anatomiestreetsoldier.wordpress.com/2010/06/26/pengelolaan-pendidikan/ http://debardebur.blogspot.com/2011/05/pengertian-teori-x-dan-y-dari-sisi.html http://ibnunsr.wordpress.com/2012/06/05/teori-x-dan-teori-y/http://megasuryonop.blogspot.com/2012/04/teori-motivasi-oleh-douglas-mc-gregor.htmlwww.idosi.org/aejsr/3(1)08/18.pdf
https://afidburhanuddin.wordpress.com
ymayowan.lecture.ub.ac.id/…/Motivasi-dan-Pengelolaan-Individu-dan-K.
Di download pada 20 Januari 2014 Pkl. 20.00 WIB
Tag: manajemenpendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar