Lebih mahal sekolah daripada makan
Sekolah sama dengan makan sama pentingnya tapi terkadang nilai sekolah bagi masyarakat terasa hilang ketika berubah menjadi sebuah bencana, makan karena lapar jauh lebih berharga daripada harus sekolah atau lebih baik dikawinkan muda-muda dari pada harus melajutkan ke SMP.
Alasannya sekolah sangat mahal dengan berbagai tek-tek bengek yang jauh lebih mengeluarkan biaya. Biaya masuk yang luar biasa, bisa untuk makan selama enam bulan ditambah lagi dengan ongkos harian, ongkos anak sekolah mahal dan tidak begitu jauh berbeda dengan ongkos orang dewasa, tapi pernah ada ide jemputan anak sekolah gratis dari dompet dhuafa dan entahlah masih ada nggak di jakarta, belum sempat masuk kedaerah-daerah.
jangan kaget banyak anak yang dengan semangat belajar tinggi dia jalan kaki selama 2 jam sampai kesekolah dengan tubuh basah kuyup dan anak itu bisa sukses sebagai seorang akademisi karena keuletan dalam belajar. Artinya banyak teman yang sekampungnya yang berasal dari keluarga mampu tapi sayang temannya tak begitu berminat belajar karena beban yang berat sekali atau masih banyak anak yang putus sekolah bukan karena otaknya bebal tapi lagi terhimpit biaya sekolah yang tidak terjangkau, sering dipulangkan gara-gara dua bulan delum bayar SPP dan orang tuanya pasrah, lalu dimana program BOS yang digemborkan itu yang diberikan sama terhadap siswa yang secara ekonomi mampu. Bisa jadi kurangnya seleksi para penerima BOS yang seharusnya anak yang tidak mampu, bagi kita perlu adanya kepedulian dan tertarik untuk ikut memikirkan pendidikan masa depan.
.
Alasannya sekolah sangat mahal dengan berbagai tek-tek bengek yang jauh lebih mengeluarkan biaya. Biaya masuk yang luar biasa, bisa untuk makan selama enam bulan ditambah lagi dengan ongkos harian, ongkos anak sekolah mahal dan tidak begitu jauh berbeda dengan ongkos orang dewasa, tapi pernah ada ide jemputan anak sekolah gratis dari dompet dhuafa dan entahlah masih ada nggak di jakarta, belum sempat masuk kedaerah-daerah.
jangan kaget banyak anak yang dengan semangat belajar tinggi dia jalan kaki selama 2 jam sampai kesekolah dengan tubuh basah kuyup dan anak itu bisa sukses sebagai seorang akademisi karena keuletan dalam belajar. Artinya banyak teman yang sekampungnya yang berasal dari keluarga mampu tapi sayang temannya tak begitu berminat belajar karena beban yang berat sekali atau masih banyak anak yang putus sekolah bukan karena otaknya bebal tapi lagi terhimpit biaya sekolah yang tidak terjangkau, sering dipulangkan gara-gara dua bulan delum bayar SPP dan orang tuanya pasrah, lalu dimana program BOS yang digemborkan itu yang diberikan sama terhadap siswa yang secara ekonomi mampu. Bisa jadi kurangnya seleksi para penerima BOS yang seharusnya anak yang tidak mampu, bagi kita perlu adanya kepedulian dan tertarik untuk ikut memikirkan pendidikan masa depan.
Tag: Fenomena pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar