Gesang


Penyanyi dan pencipta lagu, Gesang Martohartono (1917-2010), dikenal sebagai maestro musik keroncong Indonesia. Gesang terkenal lewat lagu ciptaannya, Bengawan Solo, disamping Gesang pula yang memopulerkan nama Bengawan Solo hingga kepopulerannya mengalir sampai jauh hingga mancanegara. Lagu dengan irama keroncong ini memang sangat populer, dan telah diterjemahkan dan dinyanyikan dalam bahasa-bahasa asing. Di Jepang bahkan pernah dijadikan soundtrack sebuah film layar lebar. Jepang juga yang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo pada tahun 1983 Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong.

Bengawan Solo diciptakan pada tahun 1940, saat Gesang duduk di tepian sungai Bengawan Solo. Terinspirasi oleh sungai tersebut Ia kemudian menulis syair di secarik kertas pembungkus rokok yang 6 bulan kemudian lagu tersebut dijuduli Bengawan Solo. Setahun setelah menciptakan lagu Bengawan Solo Ia menikah dengan seorang wanita bernama Waliyah. Namun di tahun 1963 pasangan ini kemudian bercerai setelah berumahtangga selama 22 tahun. Ia tak dikaruniai anak dan memilih untuk hidup sendiri semenjak percereaiannya tersebut.

Gesang lahir di Surakarta pada 1 Oktober 1917 dari pasangan pengusaha batik Martodiharjo dari perkawinan istri keduanya. Ia mengawali karirnya sebagai seorang penyanyi lagu-lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan di kota Solo. Pada masa itupun Ia sudah menciptakan lagu seperti; Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan.

Kehidupan Gesang tidak berubah meski Bengawan Solo populer dimana-mana. Ia tetap lugu dan sederhana, dan tidak mempedulikan royalti atas lagu-lagunya. PT Penerbit Karya Musik Pertiwi (PMP) yang kemudian berjuang mengumpulkan royalti dari karya Gesang di seluruh dunia sejak 1996. Agar karya Gesang tetap abadi, PT PMP menerbitkan buku berisi 44 partitur serta syair-syair lagu. Saat ini, lagu-lagu yang diciptakan Gesang diakui sebagai aset nasional.

Menjelang akhir hayatnya Gesang tinggal bersama saudaranya, Toyibi di kampung Kemplayan. Sedangkan rumah sebelumnya di Perumnas Palur yang merupakan hadiah almarhum Soepardjo Roestam saat menjabat gubernur Jawa Tengah, ditempati keponakannya.

Gesang menikmati hari-hari masa tua dengan bercengkerama bersama sejumlah burung kacer merah kesayangannya. Ia sesekali masih berusaha berjalan di sekitar rumah, menikmati alam pedesaan walaupun harus dilakukan dengan susah payah dan tertatih-tatih.

Gesang meninggal dunia pada 20 mei 2010 dalam usia 92 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo, Jawa Tengah setelah di rawat selama sembilan hari. Semenjak masuk rumah sakit kondisi kesehatannya memang terus menurun. Bahkan pada 18 Mei di sebuah media sempat tersiar kabar sudah meninggal dunia.

Lagu-lagu Ciptaan Gesang:
Bengawan Solo
Jembatan Merah
Pamitan (versi bahasa Indonesia dipopulerkan oleh Broery Pesulima)
Caping Gunung
Ali-ali
Andheng-andheng
Luntur
Dongengan
Saputangan
Dunia Berdamai
Si Piatu
Nusul
Nawala
Roda Dunia
Tembok Besar
Seto Ohashi
Pandanwangi
Impenku
Kalung Mutiara
Pemuda Dewasa
Borobudur
Tirtonadi
Sandhang Pangan
Kacu-kacu


.


Tag:

Bagikan Ini

Baca Juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar