Karakteristik Pemimpin Perusahaan yang Ideal Dari Sudut Pandang Psikologi Islam

Karakteristik Pemimpin Perusahaan yang Ideal Dari Sudut Pandang Psikologi Islam


Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan (continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik, kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.

Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.

Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi.

Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli, baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.

Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan

Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, pers, dan sebagainya. Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.

Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya.

Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual. Diantara hasil penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk. dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan lever sampai 50 persen.

Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific) dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.

Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam

Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.

Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat, masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal : 2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam, dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul , jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya"(Qs. An-Nisaa' : 59).

Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an : "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam"(Qs. Al Anbiyaa':107). Selain itu, terkait dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi: "Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian"(Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij, A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim).

Psikologi Islam

Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan. Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain.

Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya "Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats Islam" bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang dinilai tidak sesuai. Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia. Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.

Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersebut memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal. Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling). Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al Qur'an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam Al Qur'an yaitu "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"(An-Nahl :43).

Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan Locke(1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003) menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
  1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka.
  2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
  3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Qs Al Baqarah :30), kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman "Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah" (Qs As Shaad:26), "Dialah yang menjadikan kami khalifah-khalifah dimuka bumi" (Qs Al Fathir : 39), dan masih ada banyak ayat-ayat yang lain.

Salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu "Apabila ada tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin" (H.R Abu Daud). Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW, "Kamu semuanya pemimpin (di tempat dan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya" (H. R. Bukhari dan Muslim).

Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat, istilah populernya “the right man in the right place”. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H.R. Bukhari bab Ilmu).

Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu menyikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.

Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding Cats(Warren Bennis : 1997)
           
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif adalah :

a. Mau terus belajar
Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang          tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya.

b. Berorientasi pada pelayanan
    Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir, dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.

c. Memberikan energi positif
Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.

d. Mempercayai orang lain
Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.

e. Memiliki keseimbangan hidup
Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.

f. Jujur pada diri sendiri
Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.

g. Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru
Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan memiliki   kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.

h. Memegang teguh prinsip
Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal harus dikompromikan dapat bersifat luwes

i.Sinergistik
Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif.

j. Selalu memperbaharui diri
Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia, yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.   

Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia, mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah mempunyai karakteristi-karakteristik berikut

a) Pengenalan diri
Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Bahkan mereka   sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.

b) Terbuka terhadap umpan balik
Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap kritik.

c) Pengambil resiko yang selalu ingin tahu
Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka.

d)  Konsentrasi pada pekerjaan.

 Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.

e)  Menyeimbangkan tradisi dengan perubahan
Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak terjerat olehnya.

f) Bertindak sebagai model dan mentor
Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 diatas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dari Enterprising Nation (1995), yang mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.

Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, dan (r) use of oral presentation.

Rumusan-rumusan diatas sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat disamping dunia. Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.

Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan, setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia. Sebagaimana firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu "(Al Baqarah :208).

Berkaitan dengan kepemimpinan yang termasuk didalamnya kepemimpinan dalam perusahaan, Islam juga telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna. Diantara prinsip yang paling utama untuk membentuk pemimpin yang ideal adalah :
a.   Prinsip Ibadah
Seorang pemimpin yang pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan-Nya, maka sudah seharusnya dalam seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya : "Dan tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku" (Qs Adz Dzaariyat :56), dan juga pada ayat lain, "Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah saja dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, rekan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki". (Qs An Nisa' : 36 ).

b.  Prinsip Amanah
Seorang pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan 2 jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Amanah yang pertama berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Yaitu kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan larangan Rasul-Nya. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan itu, meliputi segala bidang, baik yang bersifat pibadi, maupun umum. Baik yang berhubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallahi) yangengandung aspek ritual, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi) yang mengandung aspek sosial.


Amanah yang kedua adalah yang berasal dari manusia. Amanah ini meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama. Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia untuk pemimpin mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar. Sebagaimana firman Allah SWT, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)" (Qs. Al-Anfaal : 27-28), dan juga ayat-ayat lain yang bermakna sama.

c.  Prinspip Ilmu / Profesionalitas
Prinsip ilmu maksudnya adalah semua pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah : "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan mengenainya "(Qs Al Israa': 36). Selain itu masih banyak ayat-ayat dalam Al Qu'an yang menggambar pentingnya ilmu, termasuk ayat yang pertama kali turun memerintahkan untuk ikra' (membaca).
 

 Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H. R. Bukhari bab Ilmu). Dan juga Imam Syafi'i yang merupakan salah satu ulama besar Islam mengatakan bahwa "barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan dua-duanya maka hendaklah dengan ilmu."(Al-Majmu' Imam An-Nawawi).

d. Prinsip Keadilan
Allah SWT adalah yang Maha Adil dan sangat mencintai keadilan, hal itu dapat kita lihat dengan banyaknya perintah untuk berbuat adil di dalam Al Qur;an. Beberapa diantaranya adalah : "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu  kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."(An Nisaa :135), dan juga "Katakanlah : Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan : Luruskanlah muka mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan "(Al A'raaf : 29).

e.  Prinsip Etos Kerja / Kedisiplinan
Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha disamping berdoa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Islam tidak pernah mengajarkan untuk hanya tinggal berharap dan berpangku tangan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT bahwa, "yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs Al Anfaal : 53).

Pada ayat :"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung" (QS Al Jumu'ah : 10), Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk segera bekerja setelah beribadah dan tidak hanya pasrah dengan alasan zuhud atau tawakkal. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman :" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… "(Qs Al Qashash : 77)

f.   Prinsip Akhlaqul Qarimah
Sebagai seorang yang beriman sudah sepantasnya kita mencontoh Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupan terutama menyangkut masalah akhlak. Semua orang yang mengenal beliau, baik kawan maupun lawan pastilah akan memuji kemuliaan akhlak dan kepribadian beliau. Bahkan 'Aisyah istri beliau ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, mengatakan bahwa seperti Al Qur'an. Allah SWT sendiri dalam salah satu ayat memuji beliau dengan mengatakan : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Qs Al Qalam : 4).

     Allah SWT juga telah menyampaikan kepada manusia apabila ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau, sebagaimana tersirat dalam ayat berikut, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu dan bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " (QS Al Ahzaab : 21).

Penutup dan Kesimpulan
Para ilmuwan dan pemikir Islam seharusnya berusaha lebih keras dalam melakukan pengembangan psikologi Islam yang diharapkan nantinya dapat menjadi penyeimbang konsep psikologi modern yang cenderung sekularistik. Konsep dan rumusan prinsip mulia yang dimiliki Islam apabila dapat diintegrasikan secara tepat dan cermat dengan konsep psikologi dan manajemen modern akan menghasilkan suatu konsep baru dalam menciptakan model kepemimpinan dalam perusahaan yang ideal. Seorang pemimpin tidak hanya dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya melesat maju, akan tetapi yang terpenting adalah bisa membawa kebaikan di dunia dan akhirat untuk dirinya dan orang lain.
      
Dalam firman-Nya yang mengatakan bahwa manusia adalah seorang pemimpin di muka bumi, mengisyaratan bahwa dalam diri manusia memang sudah tertanam jiwa-jiwa pemimpin. Tinggal si manusianya yang menentukan, apakah ia mau atau tidak menggali potensi tersebut. Potensi itulah yang idealnya harus terus digali dan dimaksimalkan dalam kehidupan, yang dalam contoh kecilnya adalah dalam hal memimpin perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan/organisasi sangat tergantung pada kemampuan leadership sang pemimpin. Kemampuan leadership sang pemimpin tersebut juga sangat dipengaruhi oleh karakternya. Pembentukan karakter inilah yang menjadi poin penting dalam pengembangan skill leadership. Pemimpin perusahaan yang ideal dalam psikologi Islam, umumnya memiliki karakter yang tangguh dan memiliki prinsip kepemimpinan Islam, yang didalamnya terdapat prinsip ibadah, amanah, ilmu, keadilan, etos kerja, dan akhlaqul karimah.
     
 Dalam menghadapi tantangan bisnis diera globalisasi seperti sekarang, sangatlah dituntut peran pemimpin perusahaan yang ideal, yang mampu menyeimbangkan antara kemampuan intelegensia, emosional, serta spiritual, yang meskipun dalam konsep psikologi barat, kemampuan spiritual tidak ada hubungannya dengan kereligiusan seseorang. Namun, pada hakekatnya, konsep spiritual tersebut merupakan implementasi dari konsep penghambaan manusia terhadap Tuhannya, sehingga ia tidak melupakan hakikat mereka dimuka bumi ini yang pada akhirnya kepemimpinannya tersebut akan dimintai pertanggung jawaban.

Sumber:
Al Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW
Covey, Stephen R. 1989. The 7 Habits of Highly Effective Person. New York : Simon & Schuster
Faqih HN, Ahmad. 2004. Menggagas Psikologi Islami:Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats Islam.
CARA MENINGKATKAN MINAT ANAK

CARA MENINGKATKAN MINAT ANAK

Anak dan Kesenangannya untuk Belajar
Memahami Anak
Setelah pulang sekolah, tiba-tiba seorang anak berkata kepada ibunya, “Mama, aku mau ikut les gambar!”. Walaupun tidak langsung merespons, biasanya di benak sang ibu terbangun beberapa scenario:
  • Les dimana sebaiknya;
  • Bagaimana mengatur dengan jadwal sekolahnya, dsb.
Ternyata les yang dimaksud anak adalah kegiatan menggambar bersama teman-temannya.
( Perbedaan persepsi antara anak-anak dengan orang tua sering terjadi dalam hidup kita ).

Mendidik Anak

Seorang ibu berkata kepada anaknya, kamu harus berwibawa di depan adikmu!”. Dampaknya iya akan berusaha melakukan semua dengan sempurna, disini justru iya akan terlihat aneh di mata anak-anak lain.
( Sebenarnya anak-anak dan orang dewasa memiliki standar yang berbeda, banyak orang dewasa menerapkan standarnya kepada anak-anak).

Menumbuhkan Minat Belajar Anak

Ketika menonton televisi, sang anak berkata. “mama aku pengen bisa ngomong pakai bahasa inggris kayak di film.”
Sang ibu lalu mengajarkan beberapa kata yang ia tau, lalu menempatkan sang anak ke lembaga kursus, sang anak sangat senang dengan kursus tersebut, & hari-harinya dilalui dengan gembira.
( Disini sang ibu belajar memahami, suatu proses belajar akan disenangi jika motivasi yang tumbuh dari dalam, bukan paksaan ).
  

Membentuk Suasana Belajar yang Menyenangkan

Betapapun kuat motivasi belajar anak, tetap membutuhkan lingkungan yang kondusif, memberikan keamanan dan kebebasan psikologis pada anak.
Keamanan psikologis dapat terbentuk dengan 3 proses, yaitu:
  • Orang tua menerima anak sebagaimana anaknya.
  • Orang tua mengusahakan suasana tanpa ada efek mengancam.
  • Orang tua dapat memberikan pengertian, dan dapat melihat dari sudut pandang anak.
Kebebasan psikologis dapat diberikan orang tua pada anak dengan cara memberikan kesempatan mengekspresikan pikiran-pikiran anak.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, dalam menciptakan keamanan dan kebebasan psikologis guna membentuk suasana belajar.
  • Membangun empati
  • Menjalin kebersamaan
  • Membangun rasa memiliki
  • Mendorong kebebasan berekspresi
  • Pendampingan
  • Mengembangkan komunikasi efektif

Pengaruh Belajar yang Menyenangkan Terhadap Kreativitas Anak

Banyak hal yang bisa meningkatkan perkembangan anak ketika sedang mengalami proses belajar yang menyenangkan, salah satunya adalah perkembangan kreativitas. Banyak cara untuk  mengoptimalkan kreativitas anak, kreativitas memang membutuhkan imajinasi yang kuat, dan orang tua dapat membantu dengan menciptakan kondisi-kondisi tersebut.
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil kreatif. Dan pendapat berbagai pakar, dapat disebutkan beberapa parameter kreativitas yang dimiliki seorang anak, yang dihasilkan dari kesenangan dalam belajar.
  • Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru & unik
  • Kemempuan untuk mentransformasikan gagasan lama ke dalam bentuk-bentuk baru.
  • Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi yang terarah
  • Kemampuan untuk melihat kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah
  • Adanya rasa ingin tahu yang luas & mendalam
  • Adanya minat yang luas dan keinginan bereksplorasi
  • Adanya perhatian pada proses, bukan sekedar hasil akhir
  • Adanya kesenangan dan kepuasan pribadi dalam melakukan pekerjaan
  • Adanya pengetahuan awal sebagai modal
  • Kepekaan akan keindahan (Sense of Beauty)
  • Kemampuan berfikir asosiatif & bermain dengan gagasan
  • Kepekaan melihat hal yang unik dari lingkungan sekitar dan aktivitas sehari-hari
  • Kemampuan mengungkapkan gagasa

22 Prinsip Komunikasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak


Prinsip 1  Orang tua memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat karya yang unik
Setiap anak memiliki keunikan sendiri. Cara berfikirnyapun unik dan khas, kebebasan yang diberikan oleh orang tua untuk berkreasi, akan membuat karya-karya unik & menarik.
Bentuk kebebasannya misalnya :
  1. Menghargai apapun hasil kreasi anak
  2. Mendorong anak berkreasi lewat karya yang unik, misalnya menggambar pelangi, dan menceritakan kembali lewat tulisan.
Prinsip 2  Orang tua menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak belajar berfikir luas
Minat belajar anak bisa ditandai dengan adanya keingintahuan yang luas mengenai suatu hal. Ketika ditanyakan suatu hal,anak mempunyai minat belajar tinggi, mejawab dengan berbagai jawaban. Cara berfikir demikian disebut cara berfikir divergen ( meluas, banyak jawaban dalam suatu masalah ) dan elaborative ( membangun berbagai kemungkinan jawanab dari satu hal yang ditemukan.
Cara berfikir tersebut, dapat dibiasakan pada anak dengan jalan orang tua menerima apa pun jawaban anak terhadap satu pernyataan tertentu, bisa jadi jawaban anak salah atau tidak logis menurut cara berfikir orang dewasa, namun bisa jadi ada hal-hal menarik dari jawaban itu yang hanya bisa dipahami anak.

Prinsip 3 Orang tua menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, anak terpacu rasa ingin tahunya.
Hal yang mengurangi rasa ingin tahu anak atau membuatnya enggan belajar adalah rasa bosan. Kebosanan ini bisa diakibatkan oleh materi pengetahuan yang itu-itu saja & tidak bervariasi. Demikian dengan cerita, orang tua bisa mengemasnya dengan menarik yang menggugah keingintahuan anak tentang materi yang akan disampaikan, contohnya : Orang tua sedang mendampingi anak belajar mengenai pasang surut. Orang tua bisa mengawali dengan kalimat, “Mengapa permukaan air laut tiba-tiba meninggi ?”

Prinsip 4 Orang tua memberikan penjelasan awala secara jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak mendapat pengetahuan awal secara efektif
Sebelum memberikan tugas pada anak untuk melakukan suatu pekerjaan, orang tua hendaknya membimbing anak dengan memberikan penjelasan awal yang bisa menjadi pedoman anak dalam melakukan sesuatu, sehingga ada gambaran awal yang dimiliki anak ketika melakukan pekerjaannya. Menyuruh tanpa memberikan contoh membuat bayangan anak menjadi samar-samar. Hal ini bisa mengakibatkan anak kebingungan dan menjadikannya enggan bertindak.

Prinsip 5 Orang tua menggunakan alat peraga, anak mempunyai modal awal yang lebih terbayang
Alat peraga penting digunakan ketika kita menerangkan sesuatu kepada anak. Alat peraga ini membantu anak membayangkan materi yang tengah disampaikan dan mengarahkan serta membimbing daya imajinasi anak pada materi yang tengah disampaikan. Contoh alat peraga bisa berupa, buku bergambar, poster, model atau miniatur.

Prinsip 6 Orang tua menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan belajar mengamati terjadinya suatu fenomena
            Mengapa harus dengan eksperimen? Ketika anak mengalami kerepotan dalam melakukan eksperimen, anak bisa mendapatkan pengalaman yang unik, bersinggung langsung dengan apa yang diamati. Metode eksperimen bisa melatih anak tentang terjadinya suatu peristiwa. Dari pengamatan kan muncul berbagai hal yang menarik, & membuat rasa ingin tau anak lebih tinggi.

Prinsip 7 Orang tua memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak, anak memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
            Anak-anak sering melakukan sesuatu karena spontan. Bisa jadi ia melakukan sesuatu yang baik, namun ia tidak menyadarinya. Disinilah peran orang tua, memberikan ulasan secara keseluruhan tentang apa yang sudah dilakukan, agar anak memahami apa yang dilakukannya. Dengan pemahaman yang lebih terstruktur, anak menjadi lebih terarah dalam mengembangkan daya pikirnya menuju pemahaman yang menyeluruh (holistic).

Prinsip 8 Orang tua mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak belajar berfikir mengaitkan satu hal dengan hal lain
            Meski anak mempunyai day imajinasi yang kuat, namun usahakan imajinasi itu terkait dengan kehidupan sehari-hari, bukan khayalan yang tak mendasar. Hal ini bisa dilatih dengan cara mengaitkan isi cerita kepada suatu hal yang pernah dilihat atau dialami anak. Keterkaitan ini bisa berupa fenomena yang ada disekitar anak, kegiatan sehari hari anak, atau hal-hal yang berkesan yang pernah dilihat anak sebelumnya. Disini orang tua akan memanfaatkan kerangka pemikiran yang sudah ada pada diri anak, sehingga materi akan mudah diterima karena telah dikenal lebih dulu, agar disini anak mulai beljar berfikir asosiatif, artinya berbagai kejadian yang dilihat dan dirasakan sehari-hari bisa saling terkait jika dipikirkan secara kreatif.

Prinsip 9 Orang tua memberikan kesempatan anak untuk bercerita, anak belajar mengungkapkan apa yang dipikirkan dan mengungkapkan gagasan secara lebih terstruktur
Bagaimana agar bisa lancar berbicara di depan orang lain? Salah satu jawabannya adalah banyak latihan. Latihan ini bisa dimulai ketika masih anak-anak. Orang tua berusaha memberikan kesempatan sebanyak mungkin bagi anak untuk mengungkapkan gagasannya dalam setiap kesempatan. Dan ketika anak sudah mampu menguasai banyak kosa kata, kita dorong anak untuk mau bercerita. Bercerita akan membuat anak belajar mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, tidak saja kepada orang tuanya, tetapi juga kepada orang lain.

Prinsip 10  Orang tua membimbing anak tampil di depan forum, anak belajar berani berkreasi di depan banyak orang
Berbicara dan menjelaskan gagasan dengan baik di depan orang lain memerlukan banyak latihan, membutuhkan pengalaman dan keberanian. Keberanian tampil di depan forum sebaiknya dilatih ketika masih usia kanak-kanak. Hal ini akan berpengaruh terhdap kepercayaan dirinya. Kalau anak sudah mampu menguasai dirinya untuk tampil di depan orang banyak, maka akan meningkat pula keberanian anak menampilkan kemampuannya di depan umum. Dengan bimbingan dan pendamping orang tua, secara perlahan-lahan anak akan membangun keberaniannya tampil di depan banyak orang.

Prinsip 11 Orang tua melakukan pendampingan secara pribadi kepada anak, anak memiliki keamanan psikologis untuk berkreasi
Berkomunikasi dengan baik kepada anak bukan berarti bisa memberi instruksi, atau menyuruh anak melakukan apa yang diinginkan orang tua. Komunikasi yang kita lakukan kepada anak tidk akan efektif jika kita menyampaikan instruksi saja, kemudian membiarkan anak memahami pesan tersebut, tanpa arahan. Ketika anak tengah menjalankan apa yang kita sampaikan, maka pendampingan akan membuat anak merasa aman karena ia merasa ada yang siap memberikan pertolongan jika ia membutuhkan.

Prinsip 12 Orang tua melayani pertanyaan-pertanyaan anak, anak nyaman untuk berpendapat dan terpuaskan rasa ingin tahunya
            Dunia anak adalah dunia serba ingin tahu. Anak yang normal dan kreatif selalu menanyakan banyak hal sebagai wujud keingintahuannya. Apabila pertanyaan yang disampaikan selalu mendapat respons, maka anak akan merasa terpenuhi keingintahuannya. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih berani dan banyak bertanya dalam usaha mengetahui berbagai macam hal. Sebaliknya apabila kita tidak merespons jawaban anak, kemungkinan anak menjadi enggan untuk menyampaikan pertanyaan karena keingintahuannya tidak terpenuhi.

Prinsip 13 Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba lagi, anak belajar menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai inovasi baru
Maju terus, pantang mundur! Kata-kata mutiara itu mungkin telah menjadi tradisi dalam perjuangan bangsa kita, terutama ketika mempertahankan kemerdekaan dulu. Malu dong, jadi anak Indonesia jika belum apa-apa sudah mundur atau menyerah. Namun anak tetaplah anak, dengan emosi yang masih labil mereka masih harus didampingi agar tidk menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan, sampai dia berhasil menyelesaikannya.
Ketika anak mengalami kegaglan pertama, kita dorong untuk mencobanya kembali dengan cara-cara baru. Orang tua dapat memberikan semangat, hiburan, sehingga anak terhindar dari rasa putus asa. Maka ketika sudah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, meski harus berulang kali gagal dan bersusah payah mencobanya, orang tua tetap memberikn pujian dari hasil kerja kerasnya.

Prinsip 14 Orang tua menjalin kedekatan, anak memiliki rasa aman secara psikologis untuk berkreasi
            Anak akan mudah menjalin komunikasi dengan kita bila ia merasa dekat. Maka, sebaiknya kita menghilangkan jarak dengan anak ketika berkomunikasi sehingga anak bisa merasa bebas untuk mengeluarkan isi hatinya. Dalam berbagai hal lain, kedekatan ini akan mendorong anak melakukan berbagai hal lain, kedekatan ini akan mendorong anak melakukan berbagai hal dengan kreasinya tanpa merasa dipantau dan disalahkan ketika mengeluarkan ide-ide baru.

Prinsip 15 Orang tua melibatkan anak secara aktif dalam belajar, anak merasa ikut memiliki dan tumbuh minat belajarnya
            “Libatkan saya, dan saya akan memahami apa yang anda ajarkan’, begitu ungkapan Cina kuno. Maka, melibatkan anak secara aktif dalam belajar akan membuat lebih efektif penyampaian materi yang tengah diajarkan. Rasa memiliki terhadap materi yang disampaikan lambat laun akan menumbuhkan minat anak dengan sendirinya untuk memahami dan mengikuti materi yang disampaikan. Ia juga akan bertanggungjawab dalam menjalankannya karena merasa materi itu telah menjadi miliknya.

Prinsip 16 Orang tua melibatkan diri dalam kegiatan anak, anak lebih bersemangat dalam berkreasi
            Anak akan merasa lebih bersemangat atau menyatu dalam suatu kegiatan bersama orang tua ketika orang tua melibatkan diri dengan kegiatan anak. Anak merasa sejajar dengan orang tua. Anak merasa tidk canggung dan bersemangat untuk berkreasi dalam kegiatan yang dilakukan.

Prinsip 17 Orang tua menciptakan suasana menyenangkan, anak menyenangi materi dan memiliki kepuasan pribadi dalam berkreasi
            Dalam suasana yang menyenangkan anak terbebas dari tekanan sehingga mempermudah penerimaan pesan yang disampaikan oleh orang tua. Kondisi dimana anak berada dalam suasana yang menyenangkan juga menjadi syarat penting bagi anak untuk dapat berkreasi (bebas dari tekanan).

Prinsip 18 Orang tua menciptakan suasana bersemangat dalam belajar, anak lebih termotivasi
Suasana bersemangat harus diciptakan untuk mendorong anak memusatkan perhatiannya pada materi yang sedang disampaikan dan memahami pesannya sehingga anak termotivasi dalam belajar.
Orang tua bisa membangun semangat anak dengan cara memposisikan diri sebagai partner atau teman bagi anak dalam memahami materi atau mencapai suatu hasil. Jadi anak tidak merasa harus berjuang sendiri ketika menemui materi yang sulit, tetapi ada orang tua yang memosisikan diri sebagai teman untuk bersama-sama mempelajari materi tersebut.

Prinsip 19 Orang tua menjaga konsentrasi anak, anak efektif dalam mendalami materi
Bukan anak-anak kalau konsentrasinya tidak mudah terbelah. Sudah menjadi sifat alami anak, jika ia tengah asyik bermain sesuatu, lalu ada mainan lain yang lebih menarik, maka ia meninggalkan permainannya yang lama menuju permainan yang baru. Ini menjadi kendala utama anak dalam menyerap dan memahami suatu hal, konsentrasi. Maka dalam menerima pesan yang disampaikan, perhatian adalah hal yang utama yang harus dijaga anak agar pesan dapat diterima. Untuk itu orang tua hendaknya selalu menjaga perhatian anak dengan berbagai cara agar pesan yang disampaikan dapat diterima.

Prinsip 20 Orang tua memberikan penghargaan (reward) yang bervariasi, anak mempunyai motivasi untuk menghasilkan karya yang terbaik
Pemberian penghargaan yang paling sederhana adalah memberikan pujian. Misalnya dalam kegiatan belajar mengenal buah-buahan dalm bahasa inggris. Ketika anak mampu mengelompokkan buah-buahan berdasarkan rasanya, menyebut nama buah dengan bahasa inggris yang benar, kita dapat memberikan penghargaan. Penghargaan dapat diciptakan dalam bentuk kretif, misalnya jika anak dapat memberikan jawaban yang benar, maka ia berhak mendapatkan pin dari buah-buahan itu.

Prinsip 21 Orang tua mengembangkan cara inovatif dalam mengajar, anak belajar berfikir luas
Belajar hampir sama dengan makan. Bila makan yang disantap adalah bahan makanan agar menjadi energy untuk pertumbuhan, maka belajar adalah proses menyantap berbagai informasi menjadi pengetahuan yang terstruktur. Jika makanan disajikan tanpa variasi, akan menyebabkan bosan, begitu pula dengan belajar. Anak perlu mendapat perlakuan variatif dalam belajar, agar ia terhindar dari rasa bosan. Orang tua hendaknya mengembangkan cara-cara baru atau inovatif dalam menyampaikan pesannya kepada anak. Hal lain selain untuk menghindari kebosanan anak dalam menerima pesan, juga melatih anak untuk berfikir divergen, tidak terpaku pada satu cara tetapi mampu melihat cara-cara lain yang mungkin diterapkan.

Prinsip 22 Orang tua menggunakan ekspresi mimik dan gerak, anak belajar untuk menghayati pekerjaan
Raut muka atau mimik wajah sanggup menceritakan apa isi hati kita, dan tidak pernah bohong. Kita bisa mengetahui anak kita sedih jika raut mukanya ditekuk, mata mulai berair, meski ia tidak mengatakan apa-apa tentang kesedihannya. Sebaliknya ekspresi wajah suka cita juga akan terlihat jelas, misalnya bila anak menerima hadiah dari kita dengan suka cita. Raut wajah, mimik memang bisa memperkuat suasana yang tercipta, dan ini menjadi modal kita dalam berkomunikasi dengan anak. Orang tua dapat menggunakan ekspresi wajah, mimik, dan gerakan, ketika berkomunikasi dengan anak. Ekspresi ini berfungsi untuk membangkitkan suasana, membuat anak memjadi bagian dari komunikasi yang tengah dibangun.

Simpulan
Kurangnya pemahaman pada anak terhadap cara anak berkomunikasi menyebabkan sering terjadinya miss communication. Mulai dari orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, hingga terlalu mengekangnya tidaklah baik juga. Membebaskannya dalam berekspresi namun tetap memperhatikan atau memberikan pengawasan apa yang dilakukan, serta kurang pahamnya orang tua terhadap apa yang anak sebenarnya inginkan.
Dalam buku ini kita banyak membahas tentang kesenangan-kesenangan anak dalam belajar yang banyak kita salah artikan, bagaimana cara anak belajar, meskipun terkesan main-main, namun anak sebenarnya banyak belajar dari apa yang mereka lakukan dan apa kesalahan mereka. Oleh karena itu, dukungan dari orang tua sangatlah penting terhadap tumbuh kembang anak. Bukan memanjakan atas apa yang selalu anak inginkan, namun tetap memberikan pengawasan pada saat anak melakukan sesuatu.

Sumber :  Junita, Ekomadyo. 2009. 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
 "MANAJEMEN  INTEGRAL PENDIDIKAN"

"MANAJEMEN INTEGRAL PENDIDIKAN"


K
eberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan  pemimpin organisasi sekolah dalam menata dan mengembangkan organisasinya baik ketua yayasan maupun kepala sekolah sebagai manajer operasional sekolah.

Peran kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah tentu saja bukan hanya sekedar memahami administrasi dan kurikulum semata, tetapi juga harus mengembangkan Kemampuan pengembangan dan kemampuan pencapaian misi dan visi sekolah dimasa yang akan datang. Selain kemampuan menyesuaikan sekolah dengan perkembangan teknologi serta mengembangkan potensi yang dimiliki sekolah dalam mengharmonisasikan dengan pembentukan karakter sekolah yang menjadi differensiasi organisasi sekolah unggul.

Nilai unggul sekolah saat ini berpatokan pada kondisi fisik, gedung yang refresentatif, kurikulum berbasis internasional, bertarif mahal dengan guru dan staf pendidikan bergaji mahal sampai lupa kalau model pendidikan unggul itu tidak bisa dinikmati semua orang dan memberikan pembentukan dan kecerdasan mendasar bagi bangsa yang hanya cerdas pengetahuan tapi tidak berkarakter. 

Bisa dipahami tidak semua sekolah bisa mengembangkan kemampuan itu dan masih banyak menganggap pendidikan karakter itu tidak terbentuk dari awal tapi berkembang diluar ketika siswa mampu menyelesaikan pendidikannya. Padahal pendidikan integral akan mampu meningkatkan karakteristik siswa didik dengan baik. Peran kepala sekolah untuk menciptakan karakter unggul inilah yang menjadi bahan kajian dan penelitian dengan lahirnya sekolah dengan beberapa istilah, sekolah berbasis internasional, sekolah berbasis bisnis, sekolah berbasis Al-Qur’an, sekolah berbasis IT, dll.

Diantara kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola sekolah ini tentu saja tak lepas dari peran manajemen yang mampu menata dan mengendalikan dari hal yang kecil sampai hal yang besar yang menyangkut kebijakan dan pengambilan keputusan.

Kemampuan integral seorang pemimpin sangat dibutuhkan, seorang kepala sekolah bukan sekedar memahami kurikulum dan administrasi sekolah semata, tetapi memiliki kemampuan layaknya seorang pebisnis profesional mampu mengembangkan potensi sumber daya dan faktor ekonomi yang dimiliki sekolah.

Kepala sekolah mampu mengembangkan potensi manusia yang dimiliki dan potensi keuangan sekolah yang bisa digali sehingga tidak terlalu tergantung pada kemampuan keuangan konvensional sekolah semata tapi mengembangkan tingkatan produk dan jasa yang dimiliki sekolah.

       Sekolah integral


Sekolah integral mungkin kita ingat kasus sekolah-sekolah di departemen agama, yang memisahkan antara pendidikan umum dan agama,  kita kenal dengan istilah dichotomi,  memilah-milah menjadi dua hal atau dua persona, seperti antara program pesantren dengan sekolah umum.

Fenomena sekolah integral ini bisa dilihat  maraknya sekolah terpadu.  Ada sekolah yang benar-benar integral dalam berbagai sistemnya, ada juga sekolah hanya mencitrakan sekolah dengan erbagai istilah seperti sekolah terpadu, sekolah plus, sekolah unggulan, ’sekolah berbasis’ alam, industri, dwi bahasa, semua ditambahkan agar terlihat beda dan unggul dimata masyarakat yang digunakan sebagai bentuk promosi sekolah dalam merekrut siswa dan meningkatkan kualitas sekolah.

Timbul pertanyaan bagaimana cara menyatukan sebuah sistem sekolah yang beragam model, dan apa kriteria sekolah integral? Apa yang diintegralkan? Beberapa pertanyaan diatas jelas bukan hal yang mudah ketika sistem sekolah dikuasai institusi negara, jelas sulit untuk lepas dari kultur negara menguasai pendidikan. Sekolah integral sudah mempunyai karakter tersendiri walaupun tidak bisa lepas dari kurikulum negara.

Muhammadiyah sebagai salah satu contoh organisasi massa keagamaan yang sudah lama memiliki sistem pendidikan sendiri dan perkembangannya yang luar biasa sekali diseluruh Indonesia. Karakter sekolah Muhammadiyah dapat dilihat dalam penyebaran ideologi organisasi yang menyebar keseluruh Indonesia, artinya dimana ada Muhammadiyah diperkirakan ada sekolah berdiri dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Begitu juga ada fenomena lain, seiring perkembangan politik Islam pasca reformasi tahun 1999 melahirkan sekolah integral yang dirintis para kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan mendirikan sekolah terpadu diberbagai lokasi di seluruh Indonesia.dilansir PKS pelopor sekolah terpadu yang membuka tabir sekolah agama tertinggal dan hanya untuk orang tidak mampu.

  Ruang Dan Fokus Manajemen  integral.

Buku sederhana ini terinspirasi oleh manajemen integratif karya guru besar pasca sarjana STIM LPMI Jakarta prof Dr. Bennet silalahi, Ph.D. tentang perlunya integralitas manajemen dalam sebuah organisasi dalam hal ini penulis menempatkan objek sekolah dan kepala sekolah sebagai motor penggerak perubahan sekolah integral. Dalam bahasan penulis membagi menjadi empat bagian :
  •  Bagian Satu Manajemen Integralistik Organisasi Sekolah
  • Bagian  Dua komunikasi Dan Public Relations
  • Bagian Tiga Administrasi Dan Keuangan Sekolah.
  • Bagian Empat Informasi Dan Teknologi Organisasi Sekolah